BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia
yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin
dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. Masalah lain adalah bahwa pendekatan
dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru
lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek
didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai
mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh),
kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah
satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan
ketuntasan belajar secara individual.
Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya
belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi
pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak
menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah.
1.2 Rumusan
Masalah
·
Apa
pengertian model pembelajaran Mastery Learning?
·
Apa
saja variabel-variabel model pembelajaran Mastery Learning?
·
Apa
saja ciri-ciri model pembelajaran Mastery Learning?
·
Bagaimana
prinsip-prinsip pembelajaran Mastery Learning?
·
Bagaimana
strategi pembelajaran Mastery Learning?
1.3 Tujuan
·
Untuk mengetahui penegertian pembelajaran Mastery
Learning
·
Untuk mengetahui variabel-model pembelajaran Mastery
Leraning
·
Untuk mengetahui ciri model pembelajaran Masery
Learning
·
Untuk memahami prinsip model pembelajaran Mastery
Learning
·
Untuk memahami strategi pembelajaran Mastery Learning.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah model pembelajaran mastery
learning
Belajar
tuntas [mastery learning] (Bloom, 1968 dalam Block, 1971:3) menawarkan satu
pendekatan baru yang sangat baik terhadap pembelajaran siswa yang dapat
memberikan pengalaman belajar yang berhasil dan memuaskan kepada hampir semua
siswa, yang sekarang hanya dialami oleh sedikit siswa saja. Pendekatan tersebut
menjanjikan bahwa semua atau hampir semua siswa dapat menguasai seluruh materi
yang diajarkan kepadanya. Pendekatan itu juga membuat pembelajaran siswa lebih
efisien daripada pendekatan-pendekatan konvensional. Siswa akan belajar materi
dalam waktu yang lebih singkat. Pada akhirnya, belajar tuntas akan menghasilkan
minat yang lebih besar serta sikap yang lebih baik dari siswa terhadap mata
pelajaran yang dipelajarinya daripada metode-metode pengajaran yang biasa.
Selama
tiga tahun sejak publikasi gagasan-gagasan Bloom itu, penelitian yang ekstensif
tentang belajar tuntas telah dilaksanakan, baik di Amerika Serikat maupun di
berbagai negara lain. Strategi ini telah berhasil diimplementasikan secara
mudah dan murah di semua jenjang pendidikan dan dalam berbagai mata pelajaran
berkisar dari aritmatika ke filsafat sampai pada fisika. Pendekatan-pendekatan
belajar tuntas telah dipergunakan untuk sampel hingga 32.000 siswa dan telah
terbukti dapat berjalan baik di kelas dengan seorang guru yang mengajar 20
orang siswa ataupun 2 di kelas-kelas dengan seorang guru yang mengajar 70 orang
siswa.
Meskipun
strategi yang efektif untuk belajar tuntas baru dikembangkan pada tahun
1960-an, tetapi gagasan belajar untuk ketuntasan materi secara optimal sudah
dikenal lama. Pada tahun 1920-an terdapat sekurang-kurangnya dua upaya utama
untuk menghasilkan ketuntasan dalam kegiatan belajar siswa. Satu di antaranya
adalah the Winnetka Plan dari Carleton Washburne dan sejawatnya(1922), dan yang
lainnya adalah satu pendekatan yang dikembangkan oleh profesor Henry C.
Morrison (1926) di sekolah laboraturium pada the University of Chicago.
2.2 Pengertian Pembelajaran Tuntas
Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran
berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika
mereka mendapat dukungan kondisi yang tepat. Konsep belajar tuntas adalah
proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya
cara menguasai materi secara penuh. Belajar tuntas ini merupakan strategi
pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok.
Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat
dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara
optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien.
Tolok ukur
yang digunakan pada pencapaian hasil belajar dengan pendekatan tersebut adalah
tingkat kemampuan siswa per individu, bukan per kelas.Dengan demikian,siswa
yang memiliki tingkat kecerdasan atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan
diatas rata-rata kelas, siswa yang bersangkutan berhak memperoleh pengayaan
materi atau melanjutkan ke unit kompetensi selanjutnya, sebaliknya apabila
siswa tersebut belum mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan maka
siswa tersebut harus mengikuti program perbaikan (remedial) materi.Dalam
pelaksanaannya peserta didik memulai belajar dari topik yang sama dan pada
waktu yang sama pula. Perlakuan awal belajar terhadap siswa juga sama. Siswa
yang tidak dapat menguasai seluruh materi pada topik yang dipelajarinya
mendapat pelajaran tambahan sehingga mencapai hasil yang sama dengan
kelompoknya. Siswa yang telah tuntas mendapat pengayaan sehingga mereka pun
memulai mempelajari topik baru bersama-sama dengan kelompoknya dalam kelas.Pendekatan
dalam proses belajar-mengajar adalah menyertai siswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam rangka membantu memahami,
melaksanakan dan menyimpulkan dari materi yang diberikan guru sehingga siswa
merasa terbimbing, terarah sesuai tujuan pembelajaran yang dikehendaki dalam
suasana yang bebas dari ketertekanan dan menyenangkan.
Teknik
pendekatan yang dipilih adalah salah satu cara guru melakukan inovasi dan terobosan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran.Kegiatan pendekatan terhadap siswa dalam
penelitian tindakan kelas ini diwujudkan dalam partisipasi siswa dan guru dalam
menghadapi tugas-tugas siswa.Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan
mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap
kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan
bertanggung jawab atas keterlibatannya.Pendekatan belajar tuntas (mastery
learning) dapat dilaksanakan dan mempunyai efek meningkatkan motivasi
belajar intrinsik.Pendekatan ini mengakui dan mengakomodasi semua siswa yang
mempunyai berbagai tingkat kemampuan,minat,dan bakat tadi asal diberikan
kondisi-kondisi belajar yang sesuai.
2.3 Variabel-variabel Belajar Tuntas
- Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran
- Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.
- Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar
- Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atu pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.
2.4 Ciri-ciri Pembelajaran Tuntas
Menurut
Ahmadi, Abu, dkk. (2005) ada beberapa ciri belajar tuntas (mastery learning),
yaitu :
·
Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi
pengajaran yang tepat sesuai dengan harapan pengajar.
·
Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat
diramalkan,baik tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari
bahan tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan
sebagai suatu ukuran satuan waktu.
·
Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan
secara nyata oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu
yang dibutuhkan untuk mempelajarinya.
·
Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan
belajar bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
·
Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang
berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang berdiferensiasi pula.
2.5 Pinsip-Prinsip
Mistery Learning
Para pengembang konsep belajar tuntas mendasarkan pengembangan
pengajarannya pada prinsip-prinsip sebagai berikut (Sukmadinata, Nana Syaodih,
2005) :
·
Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar
yang normal dapat menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan. Tugas guru
untuk merancang pengajarannya sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa
dapat menguasai hampir seluruh bahan ajaran.
·
Guru menyusun strategi pengajaran tuntas mulai dengan
merumuskan tujuan-tujuan khusus yang hendak dikuasai oleh siswa.
·
Sesuai dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru
merinci bahan ajar menjadi satua-satuan bahan ajaran yang kecil yang medukung
pencapaian sekelompok tujuan tersebut.
·
Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar
utama, juga disusun bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan
pengayaan.Konsep belajar tuntas sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik.
·
Penilaian hasil belajar tidak
menggunakan acuan norma,
tetapi menggunakan acuan patokan.
·
Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya
perbedaan-perbedaan individual. Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan
keleluasaan waktu, yaitu siswa yang pandai atau cepat belajar bisa maju lebih
dahulu pada satuan pelajaran berikutnya, sedang siswa yang lambat dapat
menggunakan waktu lebih banyak atau lama sampai menguasai secara tuntas bahan
yang diberikan.
2.6 Strategi
Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Strategi belajar tuntas adalah suatu strategi
pengajaran yang di individualisasikan dengan menggunakan pendekatan
kelompok.Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar
tuntas terutama dalam hal-hal berikut
ini:
·
Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh umpan
balik terhadap bahan yang diajarkan
sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan.
·
Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran
berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumny sesuai
dengan patokan yang ditetapkan.
·
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik
gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif, yang
menurut Morrison merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial,
restrukturasi kegiatan belajar dan pengajaran kembali kebiasaan-kekebiasaan
belajar peserta didik, sesuai dengan waktu yang diperlukan masing-masing.
Apabila pembelajaran tuntas dilakukan dalam kondisi yang tepat maka semua
peserta didik mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal
terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh
hasil yang maksimal, pembelajaran tuntas harus dilakukan dengan sistematis.
Supaya pembelajaran terstruktur Winkel menyarankan sebagai berikut:
·
Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai
ditetapkan secara tegas.Semua tujuan dirangkaikan dan materi pelajaran
dibagi-bagi atas unit-unit pelajaran yang diurutkan, sesuai dengan rangkaian
semua tujuan pembelajaran.
·
Siswa dituntut supaya mencapai tujuan pembelajaran
lebih dahulu, sebelum siswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi siswa dilarang untuk mempelajari pokok
bahasan berikutnya sebelum siswa tersebut mamahami pokok bahasan sebelumnya.
·
Ditingkatkan motifasi belajar siswa dan efektivitas
usaha belajar siswa, dengan memonitor proses belajar siswa melalui testing berkala
dan kontinyu, serta memberikan umpan balik kepada siswa mengenai keberhasilan
atau kegagalannya pada saat itu juga.
·
Memberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang
masih mengalami kesulitan.
2.7 Perencanaan Belajar Tuntas
Perencanaan merupakan hal yang penting yang harus
dilakukan oleh seorang guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar agar
guru mampu mengajar dengan baik dan siswa akan menerima pelajaran dari gurunya
dengan baik pula. Perencanaan belajar tuntas disusun dengan langkah-langkah
sebagai berikut:[1][11]
1.
Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai,
baik yang bersifat umum maupun khusus.
2.
Mempersiapkan alat evaluasi.
3.
Menjabarkan materi pelajaran menjadi suatu urutan
unit-unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing-masing dapat diselesaikan
dalam waktu kurang lebih dua minggu.
4.
Mengembangkan prosedur korelasi dan umpan balik bagi
setiap unit pelajaran
5.
Menyusun tes diagnosik kemampuan belajar untuk
memperoleh informasi bagi guru dan siswa tentang perubahan yang terjadi sebagai
hasil pengajaran sebelumnya sesuai dengan unit pelajaran.
6.
Mengembangkan suatu himpunan materi pengajaran
alternatif atau learning corrective
sebagai alat untuk mengoreksi hasil belajar, yang bersumber pada setiap pokok
ujian satuan tes.
7.
Setiap siswa harus menemukan kesulitannya sendiri
dalam mempelajari bahan pengajaran.
2.8 Pelaksanaan
Belajar Tuntas
Setelah guru melakukan proses perencanaan maka tahap
selanjutnya yaitu proses pelaksanaan belajar tuntas.Pelaksanaan belajar tuntas
terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Kegiatan orientasi. Kegiatan ini mengorientasi siswa
terhadap strategi belajar tuntas yang berkenaan dengan orientasi tentang apa
yang akan dipelajari oleh siswa dalam jangka satu semester dan cara belajar
yang harus dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini guru menjelaskan keseluruhan
bahan yang telah direncanakan dalam tabel spesifikasi, lalu dilanjutkan dengan
prates yang isinya sama dengan isi tes sumatif.
2.
Kegiatan belajar mengajar.Dalam kegiatan belajar
mengajar ini yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu:
·
Guru memperkenalkan TIK pada satuan pelajaran yang
akan dipelajari dengan cara memperkenalkan tabel spesifikasi tentang arti dan
cara mempergunakannya untuk kepentingan bimbingan belajar atau menunjukkan
topik umum atau konsep umum yang akan dipelajari.
·
Penyajian rencana kegiatan belajar mengajar
beardasarkan standar kelompok.Dengan cara ini para siswa akan terhindar dari kebingungan dan menumbuhkan gagasan tentang
strategi belajar yang perlu dilakukan sendiri.
·
Penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan
satuan pelajaran.
·
Melaksanakan diagnostic
progress test.
·
Mengidentifikasi kemampuan belajar siswa yang telah
memuaskan dan yang belum memuaskan.
·
Menetapkan siswa yang hasil belajarnya telah memuaskan.
·
Memberikan kegiatan korektif kepada siswa yang hasil
belajarnya“belum memuaskan”.Ada tiga teknik yang dapat dikembangkan yaitu:
bantuan tutor teman sekelas,guru mengajarkan kembali bahan yang berhubungan
dengan pokok ujian apabila sebagian besar siswa belum memuaskan.Siswa yang
bersangkutan memilih sendiri daftar korektif yang telah disediakan dan melakukannya secara individual.
·
Memonitor keefektifan kegiatan korektif.
·
Menentapkan kembali siswa yang hasil belajarnya
memuaskan.
3.
Menentukan tingkat penguasaan bahan.Setelah pelajaran
selesai dilakukan maka guru melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana
kemmapuan siswa.
4.
Memberikan atau melaporkan kembali tingkat penguasaan
setiap siswa.Kegiatan ini bertujuan agar mengetahui tingkat penguasaan setiap
siswa.Mereka diberi tabel spesifikasi,bahan yang sudah dikuasai diberi tanda M
(mastery) sedangkan yang belum diberi
tanda NM ( non mastery).
Pengecekan
keefektifan keseluruhan program. Keefektifan strategi belajar tuntas ditandai
berdasarkan hasil yang dicapai oleh siswa. Untuk itu ada dua cara yang dapat
ditempuh oleh guru:
a.
Membandingkan hasil yang dicapai oleh kelas yang
menggunakan strategi belajar tuntas dengan kelas yang menggunakan strategi
lain.
b.
Terlebih dahulu membuat hipotesis tentang hasil
belajar jika menggunakan strategi belajar tuntas lalu dibuktikan berdasarkan hasil
belajar kelas senyatanya.Dengan cara demikian maka dapat diketahui keefektifan
keseluruhan program yang telah dilaksanakan.
2.9 Kelebihan
dan Kelemahan Pembelajaran Tuntas
Ø Kelebihan Pembelajaran Tuntas
Menurut
Mariana, Alit Made, (2003:21), menyatakan tiga hal kelebihan pembelajaran
tuntas, yaitu:
·
Pembelajaran tuntas lebih efektif daripada
pembelajaran yang tidak menganut paham pembelajaran tuntas. Keunggulan
pembelajaran tuntas termasuk juga pencapaian siswa dan retensi (daya tahan
konsep yang dipelajari) lebih tahan lama.
·
Efisiensi belajar siswa secara keseluruhan lebih
tinggi pada pembelajaran tuntas daripada pembelajaran yang tidak menerapkan
pembelajaran tuntas. Siswa yang tergolong lambat menguasai standar kompetensi
secara tuntas dapat belajar hampir sama dengan siswa yang mempunyai kemampuan
lebih tinggi.
·
Sikap yang ditimbulkan akibat siswa mengikuti
pembelajaran tuntas positif, dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak
menganut faham pembelajaran tuntas. Adanya sikap positif dan rasa keingintahuan
yang besar terhadap suatu materi subyek yang dipelajarinya.
Ø Kelemahan Pembelajaran Tuntas
Menurut Mariana, Alit Made,
(2003:24) juga menyatakan tentang kelemahan belajar tuntas diantaranya adalah:
·
Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama
sulit beradaptasi.
·
Memerlukan berbagai fasilitas, dan dana yang cukup besar.
Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar
yang ditetapkan.
·
Diberlakukannya sistem ujian (UAS dan UAN) yang
menuntut penyelenggaraan program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan
dan usaha persiapan siswa untuk menempuh ujian. Dalam pelaksanaan konsep
belajar tuntas apabila kelas itu belum biasa menggunakan strategi belajar
tuntas,maka guru terlebih dahulu memperkenalkan prosedur belajar tuntas kepada siswa
dengan maksud memberikan motivasi,menumbuhkan kepercayaan diri, dan memberikan
petunjuk awal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar
tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran berdasar
pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka
mendapat dukungan kondisi yang tepat.Adapun variabel belajar tuntas yaitu bakat
siswa (aptitude), ketekunan belajar (perseverance),kualitas pembelajaran(quality
of instruction),kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning),prinsip-prinsip model pembelajaran mastery
learning yaitu sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar
yang normal dapat menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan,guru
menyusun strategi pengajaran tuntas mulai dengan merumuskan tujuan-tujuan
khusus yang hendak dikuasai oleh siswa,sesuai dengan tujuan-tujuan khusus, selain
disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama. Perencanaan merupakan hal
yang penting yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum melakukan kegiatan belajar
mengajar.Setelah guru melakukan proses perencanaan maka tahap selanjutnya yaitu
proses pelaksanaan belajar tuntas.
3.2 Saran
Sesuai dari hasil kesimpulan, maka dapat dipertimbangkan beberapa saran
untuk melengkapi keberhasilan dalam Implementasi mastery learning (belajar
tuntas).
1.
Implementasi dari mastery learning (belajar
tuntas) untuk lebih ditingkatkan dan diharapkan dapat digunakan di semua kelas.
2.
Guru diharapkan
hendaknya meningkatkan diri secara profesional yang diarahkan dalam merencanakan
program pembelajaran,menyajikan program pembelajaran yang berorientasi pada
pembelajaran yang efektif dan bermutu.
3.
Bagi sekolah hendaknya menyediakan alat dan bahan yang
diperlukan secara lengkap agar implementasi mastery learning (belajar tuntas)
dalam pembelajaran berlangsung secara
DAFTAR PUSTAKA
Mukminan,
(2004). Pedoman Khusus Pembelajaran
Tuntas. Jakarta: Depdiknas.
Ahmadi, Abu.
dkk. (2005). Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia
http://bangudin22.blogspot.com/2013/11/pembelajaran-ctl-mastery-learning.html